Kabar membanggakan datang dari Pulau Dewata. Seorang perempuan muda bernama Sinta sukses mengumpulkan dana sebesar Rp325 juta untuk mewujudkan mimpinya membuka pusat pelatihan tari tradisional di Bali. Lewat kampanye digital yang menyentuh dan penuh nilai budaya, Sinta menggerakkan ribuan orang untuk mendukung pelestarian kesenian lokal yang kini mulai tergerus zaman.
Sinta memulai langkahnya dari rumah. Ia mengajar anak-anak sekitar menari Bali klasik seperti Legong, Pendet, dan Baris Gede di halaman rumah milik keluarganya. Ia kemudian merekam latihan itu dan membagikannya di media sosial. Tak disangka, videonya viral dan menuai banyak komentar positif dari netizen yang tersentuh dengan semangat pelestariannya.
"Saya takut suatu hari nanti anak-anak hanya kenal tarian lewat YouTube, bukan dari tubuh mereka sendiri. Saya ingin budaya ini tetap hidup, lewat gerakan, bukan sekadar arsip," ungkap Sinta dalam video kampanye donasinya. Kalimat ini menjadi pembuka gerakan dukungan dari komunitas seni, pemerhati budaya, hingga diaspora Bali di luar negeri.
Dengan semangat transparansi dan keterbukaan, Sinta menjelaskan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk menyewa lahan latihan yang lebih luas, membeli kostum, gamelan, serta membayar honor pengajar yang kompeten di bidang tari tradisional. Dalam waktu enam minggu, target tercapai dan pusat pelatihan "Sanggar Gita Pradnya" resmi terbentuk.
Berlokasi di pinggiran Ubud, sanggar ini memiliki ruang latihan tertutup dan terbuka, ruang ganti, tempat penyimpanan kostum, serta aula kecil untuk pementasan. Kini, lebih dari 50 anak dan remaja belajar menari setiap minggu, dengan pembagian kelas berdasarkan usia dan jenis tari. Suasana latihan selalu ramai dengan semangat dan tawa anak-anak.
Sinta tidak berhenti di latihan rutin. Ia juga menggagas program "Tari untuk Sekolah" di mana sanggar bekerjasama dengan sekolah lokal untuk memberikan pelatihan dasar tari tradisional sebagai bagian dari kurikulum budaya. Selain itu, program wisata edukasi untuk turis domestik dan mancanegara mulai dirancang agar sanggar dapat mandiri secara finansial ke depan.
Proyek ini mendapat dukungan dari Dinas Kebudayaan Bali serta komunitas seni lokal. Beberapa seniman senior bahkan turut menjadi pembimbing dan penasihat artistik sanggar. Sanggar Gita Pradnya juga mulai diundang tampil dalam acara budaya dan festival lokal, membuktikan kualitas anak didik Sinta dalam menjaga mutu dan karakter tarian Bali.
Kisah Sinta adalah bukti bahwa budaya bisa tetap hidup jika dijalankan dengan cinta dan keberanian. Lewat Rp325 juta hasil donasi dan kerja keras yang konsisten, ia membangun bukan hanya sebuah sanggar, tapi ruang harapan bagi anak-anak Bali agar tetap bangga dan terhubung dengan akar budaya mereka. Gerak tari kini bukan hanya tradisi, tapi juga gerakan perubahan sosial.